Lebih dekat dengan Desa Ramah Burung (1): Ketertarikan meneliti Jatimulyo
Lebih dekat dengan Desa Ramah Burung (3): Upaya konservasi burung di Jatimulyo
Lebih dekat dengan Desa Ramah Burung (4): Persepsi masyarakat Jatimulyo terhadap konservasi burung
Lebih dekat dengan Desa Ramah Burung (5): Hubungan antara komunitas burung, upaya konservasi, dan persepsi masyarakat Jatimulyo
Menurut
pengamatan awal saya secara singkat lewat berbagai cara, baik melalui
media sosial, laman-laman website, maupun secara langsung, di Jatimulyo
telah terbentuk peraturan desa yang berisi larangan perburuan dan
konservasi burung yang melibatkan masyarakat lokal. Di beberapa sudut
pinggir jalan Jatimulyo, nampak terpasang papan-papan reklame berisi
peraturan tersebut.
Terbentuknya peraturan desa, berikut
papan-papan reklame dengan berbagai logo komunitas yang terpajang tepat
di bagian bawahnya, dapat menggambarkan adanya keterlibatan masyarakat
berskala luas dalam menjaga dan melestarikan burung. Tidak hanya
masyarakat pada level desa, melainkan juga masyarakat secara umum.
Keterlibatan
banyak pihak dalam menjaga dan melestarikan burung ini kemudian membawa
dampak keuntungan secara ekonomi. Masyarakat lokal yang terlibat dalam
kegiatan konservasi burung mendapatkan penghasilan tambahan, salah
satunya lewat birdwatching tourism.
Ada anggota masyarakat yang
berperan sebagai pemandu lokal (tour guide) pengamatan burung. Terutama
mereka yang berlatar belakang pemburu. Selain mendapatkan penghasilan
tambahan, birdwatching tourism secara perlahan juga dapat mengurangi
laju perburuan burung akibat dari perubahan cara untuk mendapatkan
penghasilan, yang awalnya sebagai pemburu burung menjadi pemandu
pengamatan burung. Sebagai akibat perubahan cara mendapatkan penghasilan
(dari pemburu menjadi pemandu), terutama sejak terbit Perdes No. 8
tahun 2014, tentu secara tidak langsung dapat mempengaruhi dinamika
komunitas burung di Jatimulyo.
Komunitas burung dan kegiatan
konservasi di Jatimulyo yang melibatkan masyarakat lokal tersebut cukup
menarik. Mendorong saya untuk meneliti dan mendokumentasikannya, dengan
tujuan untuk mengetahui seberapa jauh dan efektif upaya konservasi yang
telah berjalan terhadap kelestarian burung berikut dampaknya terhadap
masyarakat. Selain itu, yang tidak kalah penting, mempelajari seperti
apa upaya konservasi burung yang melibatkan masyarakat lokal ini
diawali, dibentuk, disosialisasikan, dan diterapkan. Dari tahap gagasan
sampai tahap implementasi pada masyarakat, hingga terbentuk Perdes No 8.
Tahun 2014 yang salah satu aturannya berisi larangan berburu burung.
Bahkan lebih dari itu, hingga sampai membentuk kesadaran pada masyarakat
secara umum bahwa burung itu ada di hutan, kebun, pekarangan bukan di
kandang; bahwa burung itu perlu dijaga bukan untuk diambil atau dipanen
tanpa mempertimbangkan keberlanjutannya; bahwa memelihara burung itu
bisa dilakukan di alam bukan di kandang. Ini tentu tidak mudah, ada
proses panjang di dalamnya. Ada orang-orang “gila” di balik cerita
panjang konservasi burung di Jatimulyo. Bagi saya, ini sangat menarik
untuk dipelajari.
Penelitian saya awali dengan melakukan
pengamatan burung. Saya mencatat setiap jenis yang teramati, termasuk
jumlah individunya, dan blusukan ke sudut titik-titik pengamatan yang
telah ditentukan. Titik pengamatan tersebut ditentukan secara acak,
jumlahnya mencapai 100 titik.
Selanjutnya, untuk menggali
informasi tentang upaya konservasi burung yang berjalan, saya
mewawancara beberapa narasumber. Tentunya orang-orang yang mengetahui
secara pasti seluk-beluk kegiatan konservasi burung di Jatimulyo.
Saya
juga membagikan angket ke masyarakat setempat, dengan tujuan untuk
mengetahui persepsi masyarakat terhadap burung dan upaya konservasi di
desa mereka. Angket dibuat pada Google Form, kemudian disebar lewat
aplikasi WhatsApp.
Hasil penelitian ini saya bagi menjadi lima
bahasan pokok. Pertama, komunitas burung dan habitat; kedua, upaya
konservasi burung; ketiga, persepsi masyarakat terhadap konservasi
burung; keempat, hubungan upaya konservasi, persepsi masyarakat dan
komunitas burung; dan kelima, keberhasilan upaya konservasi burung.
0 comments