Burung Madu pun Punya Selera (1)
Ditulis oleh Gahar Ajeng Prawesthi
Tahun lalu, Ajeng merampungkan tesisnya yang berjudul “Pembagian relung ekologis tiga spesies burung Nectariniidae pada kawasan agroforestri di Desa Jatimulyo, Girimulyo, Kulon Progo”. Kini, master burung yang menimba ilmu di Program Studi Magister Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada ini berbagi mengenai yang ia kaji lewat penelitiannya.
Tulisan pertama ini hadir sebagai pembuka. Sebelumnya, ia juga sempat bercerita dalam “Nectariniidae dan alam Jatimulyo dalam harmonisasi”.
Ada yang suka susu rasa cokelat, tapi aku lebih suka yang stroberi. Dia suka makan udang, sedangkan aku tidak bisa karena memiliki alergi.
Begitulah manusia jika ingin (atau harus?) memilih makanan yang disukai maupun tidak disukai dalam pemenuhan kebutuhan perutnya. Setiap kita memiliki klasifikasi dan pantangan tersendiri terhadap makanan.
Begitu pula dengan burung. Bahkan, burung malah jauh lebih pemilih dibanding manusia dalam urusan makanan. Salah satu yang sangat pemilih dan memilih jenis pakan yang cukup unik, adalah yang tergolong dalam Nectariniidae, si burung madu.
Dari namanya saja, sudah jelas bahwa burung ini memakan nektar bunga. Cairan manis seperti “madu” yang dihasilkan oleh berbagai jenis bunga. Jenis dalam famili Nectariniidae ini memilih nektar bunga dan beberapa jenis serangga sebagai pakannya. Nektar bunga menjadi pakan utama, sementara serangga jadi asupan tambahan. Burung betina akan memakannya untuk pemenuhan kebutuhan protein pada masa-masa berbiak.
Famili Nectariniidae memiliki banyak spesies yang tersebar di Jatimulyo. Saya menemukan 5 jenis (dari daftar temuan di sana yang 7 jenis -red). Namun, saya hanya mengamati secara mendalam tiga jenis saja. Sebagai percontohan untuk mengetahui bagaimana sih “selera” burung madu dalam memilih makanannya dan juga apa “pantangannya” dalam memenuhi kebutuhan primer mereka.
Tiga jenis tersebut adalah burung-madu kelapa Anthreptes malacensis, burung-madu jawa Aethopyga mystacalis, dan pijantung kecil Arachnothera longirostra. Alasan pemilihannya sederhana saja: ketiganya lebih mudah ditemukan di hutan-hutan Jatimulyo, serta lebih mudah untuk dibedakan dan diamati. Mereka memiliki morfologi tubuh dan paruh yang berbeda satu sama lain. Jadi, lebih mudah menentukan kesamaan pakan dan juga seleksi “selera” pakannya terhadap nektar jenis tumbuhan tertentu (Snow and Snow, 1972). Melihat dari bentuk tubuhnya saja sudah sangat jauh beda, bukan?
Untuk beberapa jenis burung madu, tentu jika diamati sekilas dari morfologi paruhnya, memiliki kesamaan. Ya, benar, sama-sama memiliki struktur yang tajam, panjang, dan sedikit melengkung. Yang membedakan hanyalah pada panjang pendeknya paruh itu sendiri.
Kesamaan itulah yang juga membuat pemilihan pakan mereka sama: memakan nektar dari berbagai jenis bunga-bungaan. Bisa dari bunga yang berada di semak-semak, seperti kembang sepatu atau kaliandra. Atau dapat pula dari bunga yang berada di tempat tinggi, misalnya manggar kelapa dan jantung pisang.
Sekarang kita tahu bahwa masing-masing jenis burung madu memiliki selera pakan yang sama. Lalu, terlontar lah pertanyaan selanjutnya: apakah mereka tidak berebutan?
Bersambung ke bagian 2
*Foto aneka burung madu dan tanaman pakan (Kelik Suparno)
1 comments
Tak sabar menunggu lanjutannya... :)
ReplyDelete